20 Juni 2009

The Great Mother

Kata “mother”, “bunda”, “ibu”, “mama”, “emak”, “simbok” dan sebagainya terdengar sederhana dan sangat sering kita dengar. Semuanya sama saja, berarti “ibu”. Yakni, seorang wanita yang telah melahirkan kita. Dalam perkembangannya, tak semua ibu bisa merawat dan mendidik anak-anaknya. Kenyataannya, kini banyak wanita yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah, dengan atau tanpa meninggalkan peran utamanya di rumah.

Kata “the great”, membuatnya menjadi luar biasa. The Great Mother adalah sebuah predikat istimewa yang dimiliki oleh seorang wanita setelah ia memberanikan diri menjabat sebagai istri. Menjadi ibu adalah konsekuensi logis ketika kita mengizinkan seorang lelaki asing mengucapkan qabul sambil menjabat erat tangan wali kita. Manusia hebat, terlahir dari ibu yang hebat dan mendidiknya dengan penuh kesabaran. Seorang ibu yang hebat akan mencurahkan segenap kemampuannya untuk menjadikan anak-anaknya berkualitas. Ia tak pernah mengeluh terhadap banyaknya jumlah anak (misal tiap tahun lahir satu anak), kerepotan dalam mengurusnya, serta beratnya mendidik mereka 24 jam nonstop. Ibu tangguh akan senantiasa sabar dan qonaah pada apapun yang terjadi padanya karena itu semua adalah konsekuensi yang harus ia terima sebagai ummu wa robbatul bayt (Ibu dan pengatur rumah tangga).

Setidaknya, The Great Mother harus memiliki enam peran, antara lain:

1. Sebagai hamba Allah. Dalam kehidupannya, laki-laki dan perempuan dituntut untuk menjalankan kewajiban yang sama yakni menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan menikah, tak membuat kewajiban-kewajibannya sebelum menikah menjadi lenyap. Ia tetap harus menjaga amal-amal baiknya sejak sebelum menikah.

2. Sebagai Best Wife. The Great Mother haruslah bisa menjadi istri terbaik yang dibanggakan oleh suaminya. Selalu menaati segala perintahnya selama bukan perintah pada kemaksiatan, dan selalu menyenangkan suaminya, menjaga kehormatan suami ketika suaminya tak berada di rumah, menjaga hartanya, mencari keridloannya, qonaah pada setiap yang diberikan suaminya sebagai rizki yang halal. Menjadi motivator dan tempat bersandar kapanpun dan di manapun suaminya butuhkan. Menjadi sahabat yang asyik diajak bercanda dan tidak menampakkan muka yang masam di depan suaminya. Juga ketika suami baru pulang bekerja, ia selalu menyambutnya dengan wajah ceria.

3. Sebagai Ibu Tangguh. Ini jabatan terberat yang disandang seorang wanita setelah ia berikrar menjadi istri. Sebagian orang berpendapat bahwa belumlah wanita itu menjadi sempurna sebelum ia menjadi ibu dan mengabdi pada suaminya. Wallahu a’lam. Ia akan rela bersakit-sakit demi kebahagiaan keluarganya. Ketika sedang nikmat-nikmatnya tidur, ia ikhlas bangun ketika mendengar tangis anaknya yang lapar atau sakit. Ketika sedang enak-enaknya makan, ia tak mengeluh membersihkan kotoran anaknya yang tiba-tiba buang air. Begitu pula, ia ikhlas untuk mendahulukan keperluan anak-anaknya dibanding kepentingan pribadinya. Jelasnya, ibu tangguh itu bisa melakukan apa saja. Cerdas dalam segala bidang sehingga bisa mengajari anak-anaknya banyak hal dari segi keilmuan maupun keterampilan. Ia pun bisa menjadikan anak-anaknya berjiwa militan dengan selalu mengajarinya tentang keislaman. Menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan yang patut dicontoh.

4. Sebagai anggota masyarakat. Peran ini takkan hilang setelah menikah, justru perannya semakin bertambah karena harus mencerdaskan masyarakatnya dengan Islam. Ia harus bisa membagi waktu antara keluarga dan dakwah. Tidak berat sebelah antara tugas yang satu dengan tugas lainnya. Ia selalu ingat peran utamanya sebagai ummu wa robbatul bayt dan dia juga tidak melalaikan kewajiban dakwahnya karena keduanya adalah sama-sama kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslimin.

5. Sebagai Anak yang Berbakti. Meskipun setelah menikah, suaminya yang menjadi walinya bukan berarti ia meninggalkan perannya sebagai anak dari orangtuanya. Ia tetap harus berbakti dan selalu mendoakan mereka, berbuat baik dan memuliakan mereka.

6. Sebagai Menantu Dambaan. Terkadang menantu diversuskan dengan mertua, padahal andai saja semua menantu menyadari bahwa mertua adalah orangtua kita juga tentu tidak akan terjadi “perang dingin” antara mereka. kita harus ingat bahwa mertua adalah orangtua dari suami kita, mengasuhnya sejak kecil tanpa lelah hingga menjadi sedemikian sempurna kita melihatnya. Adalah tidak tahu dirinya kita, sudah mengambil anak orang, kita berbuat tidak baik kepada mertua.

Demikianlah, seorang Great Mother mampu menjadi basis perjuangan Islam. Wanita adalah tiang negara, apabila wanitanya tangguh maka negara juga akan tangguh. Anak-anak yang tangguh adalah hasil didikan ibu tangguh. Imam Syafi’i bisa menghafal al-Qur’an pada usia sembilan tahun, Ibnu Sina pada usia sepuluh tahun, ath-Thabari pada usia tujuh tahun, adalah contoh pribadi yang dididik oleh seorang ibu tangguh. Bahkan Albert Einstein yang dikeluarkan dari sekolah dasar karena dicap bodoh, siapa sangka ia bisa menciptakan bom atom. Itu karena ibunya selalu memotivasi dan mendidiknya tanpa lelah.

Setidaknya, ada empat hal yang diperlukan orangtua dalam mendidik anak-anaknya: 1. Menerima yang sedikit darinya; tidak memaksanya agar menjadi juara satu di sekolahnya, kalaupun anaknya dikatakan bodoh sekalipun oleh lingkungannya, ibu harus bisa menerima dan terus memotivasinya bahwa kepintaran manusia itu tidak bisa dinilai dengan bilangan angka, melainkan lebih luas dari itu.
2. Memaafkan yang menyulitkannya; jika anak-anak melakukan kesalahan, kita bersabar dan tidak lekas marah.
3. Tidak membebaninya; jangan menyuruhnya melakukan pekerjaan yang tidak mampu dikerjakannya.
4. Tidak pula memakinya; anak jangan dicap “bodoh”, “nakal”, dsb sebab itu akan melekat pada diri anak dan sulit untuk menciptakan citra baru bagi dirinya bahwa dirinya “baik”.

The Great Mother, singkatnya, adalah ibu yang tahu akan segala yang dibutuhkan suami, anak-anak dan masyarakatnya. Ia bisa menjadi teman yang menyenangkan di setiap waktu, serta menjadi guru yang mendidik anak-anaknya dengan kesabaran. Semoga kita semua bisa menjadi The Great Mother, sehingga bisa menjadi lingkup kecil perjuangan Islam, melahirkan para mujahid-mujahidah militan yang akan memperjuangkan kemuliaan Islam.[yN]

Allahumma amin…. wallahu a’lam bish shawab….
islamuda.com

Comments :

0 komentar to “The Great Mother”


Posting Komentar